Ekonomi RI di Ujung Tanduk: BI Prediksi Pertumbuhan 2025

Istimewa

BI Prediksi Pertumbuhan 2025 – Bank Indonesia (BI) kembali mengeluarkan sinyal peringatan keras: pertumbuhan ekonomi Indonesia di prediksi akan berada di bawah 5,1 persen pada tahun 2025. Pernyataan ini bukan sekadar angka di atas kertas—ini adalah sinyal bahaya yang menunjukkan bahwa mesin utama penggerak ekonomi nasional sedang berjalan terseok-seok.

Di tengah berbagai tekanan global, mulai dari gejolak geopolitik, ketidakpastian suku bunga dunia, hingga dampak perubahan iklim yang semakin terasa, perekonomian nasional tampak mulai kehilangan taringnya situs slot thailand. Proyeksi BI ini memberikan gambaran yang jauh dari kata optimis, dan seharusnya menjadi tamparan keras bagi para pengambil kebijakan yang selama ini terlalu percaya diri.

Angka Pertumbuhan yang Tak Lagi Perkasa

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia berusaha keras menstabilkan ekonominya pasca pandemi. Pemerintah membanggakan pertumbuhan ekonomi yang sempat menyentuh 5 persen, seolah itu adalah tanda kebangkitan. Namun kenyataannya, angka tersebut mulai menurun, dan prediksi terbaru BI menunjukkan arah yang mengkhawatirkan.

Bayangkan, untuk negara berkembang seperti Indonesia, angka di bawah 5,1 persen bukan hanya lambat—itu mencerminkan stagnasi. Ekonomi kita seakan berjalan di tempat, tertahan oleh berbagai masalah struktural yang tak kunjung terselesaikan. Mulai dari ketergantungan pada komoditas, rendahnya produktivitas tenaga kerja, hingga birokrasi yang masih kaku dan lamban.

Daya Beli Masyarakat yang Tercekik

Salah satu penyebab utama melemahnya laju pertumbuhan ekonomi adalah daya beli masyarakat yang terus merosot bonus new member. Inflasi memang terlihat terkendali di permukaan, tapi harga kebutuhan pokok di pasar berkata lain. Upah minimum yang stagnan, di tambah dengan lapangan kerja yang makin tak pasti, membuat rakyat semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup dasar.

Ketika konsumsi rumah tangga sebagai penyumbang terbesar PDB mulai melemah, maka sudah pasti efek domino ke sektor-sektor lain akan tak terhindarkan. Sektor ritel, properti, bahkan manufaktur akan ikut terseret dalam arus pelambatan ini.

Investasi Lesu, Modal Asing Makin Ragu

Investor, baik dalam maupun luar negeri, bukan orang bodoh. Mereka melihat dengan jeli kondisi dalam negeri. Ketika pertumbuhan ekonomi tak lagi agresif, dan regulasi makin tidak ramah terhadap pelaku usaha, maka yang terjadi hanyalah satu: capital flight. Dana asing kabur, proyek-proyek mandek, dan pembangunan infrastruktur pun melambat.

Baca juga: https://www.fourseasonnews.com/

Yang lebih menyedihkan, pemerintah masih saja mengandalkan narasi besar seperti “hilirisasi” atau “ekonomi digital” tanpa menyelesaikan akar masalah mendasar seperti kepastian hukum dan efisiensi birokrasi.

Sudah Saatnya Buka Mata

Jika BI saja sudah angkat tangan dan menyampaikan prediksi suram ini, maka kita semua seharusnya sadar: ada yang salah dalam cara kita mengelola ekonomi. Indonesia butuh lebih dari sekadar jargon dan angka-angka optimis. Yang kita butuhkan adalah perombakan menyeluruh, sebelum pertumbuhan ekonomi situs slot gacor benar-benar terjun bebas dan jadi krisis baru yang tak bisa di tambal hanya dengan kata-kata.